My Rainbow Dreams

Just Blogger Templates

Minggu, 08 Januari 2012

Cinderella "another" story

Malam itu mungkin tak akan pernah terjadi lagi dalam hidupku. Karena itik yang buruk rupa telah berubah menjadi angsa. Gadis desa berubah menjadi putri Cinderella. Ditemani pangeran yang membiaskan putihnya kekuatan. Angsa yang cantik namun rapuh dalam lindungannya. Rokku melambai ketika menaiki anak-anak tangga. Dalam hatiku tak percaya pada lampu ruangan yang elegan dan meja-meja serta kursi yang dibalut kain dan pita. Inikah yang dinamakan pesta?

Pesta belum usai, tapi pangeran mengajak melihat keindahan danau di malam hari.Malam itu purnama bersembunyi di balik awan yang cerah. Baru saja hujan deras selesai membasahi bumi. Ternyata angin malam bersenang-senang sesudahnya. Entah mengapa malam itu begitu hangat walau hujan mendinginkan sekitar. Mungkin karena tangannya mengalirkan kehangatan pada hatiku melalui jemariku yang kecil dan hampir tenggelam dalam telapaknya. Aku menyeka pinggiran balkon yang basah terkena titik-titik hujan. Kami menatap danau. Pantulan cahaya purnama menggambarkan keheningan saat itu. Ia tidak berkata. Aku pun terkunci dalam diam. Tapi satu yang mungkin aku tahu. Pancaran matanya yang menembus bias purnama mengatakan bahwa dia mencintaiku. Tak ada lagi yang kupikirkan saat itu selain takut kalau-kalau jantungku berhenti berdetak setelah berdetak2 lebih cepat dari biasanya. Inilah debaran cinta pertama. Tak akan pernah sama dengan debaran lainnya.

Cinta tak pernah aman. ditengahnya pasti ada halangan dan rintangan. Entah mengapa kami dikejar-kejar prajurit yang menjaga pesta. Pangeran tersenyum bengal. Entah apa yang terjadi, kami segera berlari menjauhi mereka. Tanganku digandeng olehnya. Kami tertawa-tawa kecil seperti anak nakal yang dikejar ibunya. Rokku yang lebar kuangkat tinggi2 ketika menuruni tangga yang berliku. Rasanya bahagia, seperti melayang bebas diangkasa. Bebas tanpa aturan.

Akhirnya kami menemukan tempat bersembunyi. Mungkin tempat itu adalah bagian belakang istana. Karena hanya ada pilar dan pohon dan selebihnya burung-burung kecil yang berkicau riang. Disitu kami berhenti, mengatur nafas sambil tertawa tersengal2. Kami berdua memang anak nakal. Tapi tiba-tiba dia terdiam. Menatapku lalu memelukku. "Jangan pergi dariku, kuharap malam tak akan pernah berakhir". Aku bingung. Air mata meleleh tak kusadari. Jantungku sakit sesak.Kenapa aku menangis sedih ditengah kegembiraanku?

Hujan kembali turun. Kembali gelap dan redup. Lalu cahaya kecil ada dihadapanku. Ini lampu kamarku. Aku tak pernah ada di pesta itu. Tapi lelehan airmataku masih mengalir. Hangat tubuh dan tangannya masih terasa. Dialah cinta sejati yang pernah kurasa. Walau hanya mimpi, tapi bagaimana kusanggup hidup tanpanya?